Penelitian NASA Menandai Warna Merah Pada Gravitasi di Indonesia, Berikut Penjelasannya

Jakarta - Sudah bukan rahasia bahwa Bumi yang kita singgahi memiliki gravitasi untuk membantu seluruh makhluk dan benda di dunia tetap berpijak di tanah. Namun, tahukah kamu bahwa setiap belahan dunia memiliki tingkat tarikan gravitasi yang berbeda?

Mungkin terdengar aneh, tapi itu adalah kebenarannya. Menurut NASA, gravitasi di setiap wilayah ditentukan oleh massa. Karena massa Bumi tidak terbagi secara merata, maka gravitasi cenderung berubah seiring berjalannya waktu.

Program penelitian Gravity Healing and Climate Experiment (GRACE) NASA membantu para ilmuwan untuk memetakan dan melihat tingkat gravitasi di seluruh dunia. Mereka membagikan gambar 3D dari model gravitasi tersebut, pada peta geoid Bumi-peta yang menunjukkan bentuk asli Bumi berdasarkan information yang dikumpulkan yang diambil oleh elegance.

Dalam peta geoid Bumi itu tampak terlihat variasi yang mengejutkan dalam medan gravitasi Bumi. Adapun anomali gravitasi yang diukur oleh GRACE ditandai dengan warna. Warna merah menyoroti gravitasi yang lebih kuat, sementara gravitasi yang lebih lemah ditandai dengan warna biru.

Dalam gambar bola dunia 3D tersebut terlihat bahwa daerah barat laut Amerika Selatan memiliki tarikan gravitasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah selatan India yang lebih lemah dan ditandai dengan warna berangsur membiru saat mencapai tepinya. Sementara wilayah utara India, Himalaya, gravitasi terpantau tinggi dengan warna merah gelap.

Sementara Indonesia, jika dilihat dari gambar tersebut, ditandai dengan warna merah gelap. Ini menandakan bahwa wilayah Indonesia memiliki tingkat gravitasi tinggi.

Satelit elegance Twin diluncurkan pada Maret 2002, kolaborasi antara Pusat Penelitian Luar Angkasa di Texas College, Austin, Laboratorium Propulsi Jet NASA, Pasadena, The Golden State, Badan Antariksa Jerman dan Pusat Penelitian Jerman untuk Geosains Potsdam.

Mereka membuat pengukuran rinci medan magnet bumi guna membantu memetakan gravitasi dan sistem alami Bumi. Satelit mengakhiri misi sains mereka pada 27 Oktober 2017, karena mengalami masalah baterai sehingga duo satelit tidak berfungsi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penelitian Mengatakan Bisakah Kita Merasakan Sakit Dalam Mimpi, Berikut Penjelasanya

Para Peneliti Menemukan Mumi Berusia 800 Tahun Dalam Keadaan Terikat Tali dan Tangan Menutupi Wajah

Penelitian Mengatakan Remaja yang Kecanduan TikTok Cenderung Lemah Ingatan dan Gampang Lupa