Penelitian Mengatakan Jutaan Orang Bakal Mengalami Trauma atau Long Covid-19 Usai Sembuh Dari Covid-19

Jakarta - Sebanyak 43 persen mantan pasien corona di dunia akan mengalami efek samping penyakit berkepanjangan pasca-COVID-19 atau biasa dikenal sebagai Lengthy COVID-19, menurut studi yang dibuat para peneliti College of Michigan di AS baru-baru ini.

Bahkan, mantan pasien gejala berat yang sempat dirawat di rumah sakit punya kemungkinan 57 persen mengembangkan Lengthy COVID-19 usai sembuh dari infeksi corona.

Prediksi studi tersebut menggarisbawahi kekhawatiran bahwa dampak pandemi dapat memberikan tekanan yang berat bagi fasilitas kesehatan di masa depan. Mengingat sudah ada 237 juta orang yang terinfeksi virus corona saat ini, dan jumlahnya terus bertambah, berarti akan ada ratusan juta pasien corona yang bakal mengalami Lengthy COVID-19.

"Berdasarkan perkiraan that (Organisasi Kesehatan Dunia) dari 237 juta infeksi COVID-19 di seluruh dunia, perkiraan menunjukkan bahwa sekitar 100 juta orang saat ini mengalami atau sebelumnya mengalami konsekuensi jangka panjang terkait kesehatan COVID-19," kata para peneliti dalam studi yang dimuat di situs pra-cetak medRxiv.

Studi tersebut belum melalui tahap peer-review atau ditinjau oleh rekan sejawat peneliti lain.

Hipotesis para peneliti didasarkan pada tinjauan mereka terhadap 40 penelitian terkait Long COVID-19 dari 17 negara. Lengthy COVID-19 didefinisikan sebagai gejala penyakit yang baru muncul atau menetap pada empat minggu atau lebih setelah pasien terinfeksi infection corona.

Peneliti menjelaskan bahwa 49 persen mantan pasien perempuan dan 37 persen mantan pasien laki-laki memiliki risiko Lengthy COVID-19.

Perkiraan tingkat Long COVID-19 sendiri bervariasi di tiap wilayah, di mana mantan pasien corona di Asia memiliki risiko paling tinggi dengan tingkat 49 persen, diikuti oleh 44 persen di Eropa dan 30 persen di Amerika Utara.

Di antara masalah Long COVID-19 yang fading umum, kelelahan diperkirakan mempengaruhi 23 persen mantan pasien, sementara sesak napas, nyeri sendi, dan masalah memori masing-masing mempengaruhi 13 persen penyintas. Studi ini kemungkinan tidak menangkap semua gambaran tentang Lengthy COVID-19 karena keterbatasan information, kata para peneliti.

Ini bukanlah studi pertama yang mencoba memprediksi seberapa banyak orang yang bakal mengalami Lengthy COVID-19 karena pandemi corona.

Pada Oktober lalu, peneliti di Pennsylvania State University of Medicine memproyeksikan bahwa lebih dari setengah pasien COVID-19 akan mengalami gejala Long COVID-19 hingga enam bulan setelah pulih.

Studi tersebut, yang dipublikasi di jurnal JAMA, didasarkan pada tinjauan sistematis terhadap 57 laporan yang mencakup data dari 250.351 orang dewasa dan anak-anak yang tidak divaksinasi yang didiagnosis dengan COVID-19 dari Desember 2019 hingga Maret 2021.

Di antara mereka yang diteliti, 79 persen pasien dirawat di rumah sakit, dan sebagian besar pasien (79 persen) tinggal di negara-negara berpenghasilan tinggi. Usia rata-rata pasien adalah 54, dan mayoritas individu (56 persen) adalah laki-laki.

Hasilnya, para penyintas COVID-19 mengalami serangkaian masalah kesehatan recurring yang terkait dengan Lengthy COVID-19. Umumnya, komplikasi ini mempengaruhi kesejahteraan umum pasien, mobilitas atau sistem body organ mereka.

Temuan ini mengkonfirmasi apa yang telah diklaim oleh banyak petugas kesehatan dan penyintas COVID-19, yaitu, bahwa efek kesehatan yang merugikan dari Lengthy COVID-19.

- Vernon Chinchili, Ketua Tim Peneliti -


"Meskipun penelitian sebelumnya telah meneliti prevalensi gejala COVID yang lama di antara pasien, penelitian ini memeriksa populasi yang lebih besar, termasuk orang-orang di negara berpenghasilan tinggi, menengah, dan rendah, dan memeriksa lebih banyak gejala. Oleh karena itu, kami yakin temuan kami cukup kuat mengingat information yang tersedia," sambungnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penelitian Mengatakan Bisakah Kita Merasakan Sakit Dalam Mimpi, Berikut Penjelasanya

Para Peneliti Menemukan Mumi Berusia 800 Tahun Dalam Keadaan Terikat Tali dan Tangan Menutupi Wajah

Penelitian Mengatakan Remaja yang Kecanduan TikTok Cenderung Lemah Ingatan dan Gampang Lupa